SAHABAT

SAHABATKU




Kita Selalu Bersama
Sedih, sunyi, canda, tawa kita lewati bersama
Kemanapun bagai tali yang telah diikat kuat, yang tak dapat dilepas
Kau hibur aku disaat gundah dan kuhibur kau disaat kau membutuhkan
Kita saling melengkapi satu sama lain
Tapi berbeda
Berbeda pada saat itu
Pada saat waktu tak berpihak kepada kita
Kau dan aku terpisah. 

arti sahabat bagi teman-teman ??
oke. sahabatku yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik foto2 kita ketika kita bersama waktu SMA dapat di download DI SINI

khususnya anak SMAN 1 LAMBUYA ditunggu ya kapan reunian akbarnya 
na khusus untuk anak IPA 013 SMAN 1 LAMBUYA. aku rindu kalian disaat kita bisa bercanda tawa bersama seperti dulu lagi. I MISS YOU SAHABAT

MAKALAH SIG



Makalah :

MANFAAT SIG DALAM KEHUTANAN


Oleh :
AKSAN ARDIYANSAH
M1A1 13 005
















JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015




I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Informasi Geografis, Istilah ini digunakan karena GIS dibangun berdasarkan pada ‘geografi’ atau ‘spasial’. GIS (Geographic Information System) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis. GIS merupakan bagian dari kemajuan teknologi informasi. Sebagai teknologi berbasis komputer, GIS harus diperhitungkan karena Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan hutan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan terluas didunia dengan kondisi keanekaragaman yang sangat tinggi dimulai dari flora dan fauna. Dengan kawasan yang sangat luas, indonesia menjadi negara yang tergantung pada produksi hutan, terkhusus dibidang kayu log. Pada waktu penebangan maka diperlukan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung salah satunya adalah jalan sarad.
Dalam pemanenan hasil hutan di suatu kawasan areal hutan, sebelumnya para pekerja harus membuat jalan sarad. Jalan Sarad merupakan jaringan jalan yang dibuat untuk pengambilan kayu pada kawasan hutan produksi. Dengan perencanaan yang baik jaringan jalan ini dapat menekan dampak kerusakan yang terjadi. Penggunaan alat berat dalam kegiatan pembangunan jalan sarad dan penyaradan kayu juga memberikan dampak besar terhadap kondisi hutan.
 Jalan sarad dalam hutan sangat penting peranannya untuk memudahkan para pekerja dalam mengangkut kayu ke tempat yang dituju. Dalam hal ini, pembuatan jalan sarad tidak serta merta langsung begitu saja, untuk lebih memudahkan para pekerja dalam pembuatan jalan sarad pekerja harus menggunakan alat yang dapat memberi gambaran informasi mengenai kondisi geografis tempat tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat SIG dalam bidang kehutanan
2. Manfaat aplikasi SIG pada hutan hujan tripis


II. PEMBAHASAN
A. Manfaat SIG Dalam Bidang Kehutanan
    1. Inventarisasi Sumber Daya Alam
            Proses pembangunan membutuhkan ketersediaan sumber daya alam. Informasi tentang sumber daya alam secara cepat dan akurat sangat dubutuhkan untuk mendukung proses pembangunan. Dengan bantuan perkembangan teknologi SIG dapat mendukung menyediakan informasi tentang sumber daya alam. Adapun manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam adalah sebagai berikut.
  1. Inventarisasi sumber daya air, terutama jumlah distribusi dan kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah.
  2. Inventarisasi sumber daya lahan yang terdapat di suatu daerah terutama mengenai ketersediaan, kesesuaian, dan kemampuan lahan dalam mendukung proses pembangunan.
  3. Inventarisasi sumber daya mineral, yaitu informasi tentang jenis, kualitas, cadangan, dan persebaran mineral sebagai salah satu faktor penting dalam proses pembangunan.
  4. Inventarisasi sumber daya hutan, yaitu informasi yang meliputi luas, jenis, perkembangan, pemanfaatan, dan kerusakan hutan.
  5. Inventarisasi sumber daya laut, yaitu informasi tentang kandungan, permasalahan, dan pemanfaatan laut sebagai basis sumber daya pembangunan.
2. Manfaat SIG pada pemanenan hasil hutan
Dalam pemanenan hasil hutan di suatu kawasan areal hutan, sebelumnya para pekerja harus membuat jalan sarad. Jalan Sarad merupakan jaringan jalan yang dibuat untuk pengambilan kayu pada kawasan hutan produksi. Dengan perencanaan yang baik jaringan jalan ini dapat menekan dampak kerusakan yang terjadi. Penggunaan alat berat dalam kegiatan pembangunan jalan sarad dan penyaradan kayu juga memberikan dampak besar terhadap kondisi hutan.
Banyaknya kayu yang dikeluarkan dari kawasan hutan produksi akan tergantung sekali kepada kemampuan hutan produksi tersebut menyediakan kayu serta bagaimana kegiatan pemanenan tersebut dilaksanakan. Jalan sarad dalam hutan sangat penting peranannya untuk memudahkan para pekerja dalam mengangkut kayu ke tempat yang dituju. Dalam hal ini, pembuatan jalan sarad tidak serta merta langsung begitu saja, untuk lebih memudahkan para pekerja dalam pembuatan jalan sarad pekerja harus menggunakan alat yang dapat memberi gambaran informasi mengenai kondisi geografis tempat tersebut sehingga Sistem informasi geografis (SIG) sangat diperlukan dalam ragka untuk mensukseskan proses pemanenan hasil hutan dengan baik. Dengan demikian, konsekuansi logis dari kegiatan pemanenan tersebut selain kayu yang diperolah juga dampak secara langsung maupun tidak langsung dilapangan. manfaat kegiatan pemanenan menggunakan SIG terhadap proses pemanenan adalah gambaran bagaimana pemanenan tersebut dijalankan dan juga merupakan petunjuk bagaimana kualitas pekerjaan pemanenan pada akhirnya karena Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.

3. Manfaat SIG Bidang Penggunaan Lahan
            Penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya. Penggunaan lahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut. Integrasi teknologi penginderaan jauh dam SIG merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah. Contohnya penggunaan lahan untuk usaha kehutanan, budidaya hutan dan batas antara hutan dan pemukiman masyarakat.

B. Manfaat SIG Pada Hutan Hujun Tropis
Hutan tropis merupakan ekosistem dan juga sumber daya alam yang penting, baik secara lokal maupun global. Beberapa fungsi dari hutan tropis adalah: produktif (ekonomis), perlindungan (ekologis), psikologis dan keagamaan, serta wisata dan pendidikan. Luas hutan tropis berkurang dengan sangat cepat selama tiga dekade belakangan ini dan laju kerusakan hutan tropis adalah tertinggi di dunia.
Faktor-faktor pendorong kerusakan hutan tropis berbeda dari negara ke negara, tetapi pada dasarnya bisa dikelompokkan menjadi tiga: faktor sosial-ekonomi,  meliputi pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan; faktor fisik dan lingkungan, meliputi kedekatan dari sungai dan jalan, jarak ke pusat kota, topografi, kesuburan tanah; dan kebijakan pemerintah, meliputi kebijakan di bidang pertanian, kehutanan, dan lain-lain. Perencanaan dan pengelolaan sumber daya hutan yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga kelestariannya.
Untuk itu, diperlukan informasi yang memadai yang bisa dipakai oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG), Penginderaan Jauh (PJ) dan Global Positioning System (GPS) merupakan tiga teknologi spasial yang sangat berguna. Sebagian besar aplikasi SIG untuk kehutanan belum mencakup hutan tropis, meskipun dalam sepuluh tahun ini aplikasi SIG untuk hutan tropis sudah mulai berkembang.
Hal ini sejalan dengan perubahan tren dalam perencanaan dan pengelolaan hutan tropis. Secara tradisional, kebanyakan tujuan perencanaan adalah untuk keperluan produksi, terutama kayu. Kemudian dengan semakin meningkatnya kesadaran akan nilai lingkungan hidup disamping keuntungan ekonomi yang ditawarkannya, hutan semakin banyak dikelola sebagai suatu sistem ekologis.        Perubahan tujuan pengelolaan hutan tersebut diiringi oleh perubahan dalam proses perencanaan. Kecenderungan proses perencanaan adalah perubahan pendekatan dari top down dan centralized menjadi bottom-up dan decentralized. Bersamaan dengan itu masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, LSM dan masyarakat umum mempunyai kesempatan memberikan partisipasi yang lebih tinggi dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
Seiring dengan kecenderungan tersebut, penggunaan informasi, termasuk indigenous knowledge, dalam pengambilan keputusan meningkat. Pada khususnya, kita akan mendiskusikan point yang terakhir, yaitu makin meningkatnya penggunaan dan kebutuhan informasi kehutanan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Semakin rumitnya proses pengambilan keputusan dalam berbagai aspek pengelolaan hutan membuat kebutuhan akan informasi semakin esensial.
Beberapa cara memasukkan data ke dalam SIG adalah melalui keyboard, digitizer, scanner, sistem penginderaan jauh, survei lapangan, GPS. Sumber daya manusia sebagai komponen SIG bukan hanya meliputi staf teknikal, yaitu yang bertugas dalam hal pemasukan data maupun pemrosesan dan penganalisaan data, tetapi juga koordinator yang bertugas untuk mengontrol kualitas dari SIG. Perencanaan dan pengelolaan sumber daya hutan yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga kelestariannya.
Untuk itu, diperlukan informasi yang memadai yang bisa dipakai oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG), Penginderaan Jauh (PJ) dan Global Positioning System (GPS) merupakan tiga teknologi spasial yang sangat berguna. Sebagian besar aplikasi SIG untuk kehutanan belum mencakup hutan tropis, meskipun dalam sepuluh tahun ini aplikasi SIG untuk hutan tropis sudah mulai berkembang.
Hutan tropis merupakan ekosistem dan juga sumber daya alam yang penting, baik secara lokal maupun global.
Informasi bisa dilihat sebagai input dasar dari perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi. Tidak adanya dan tidak layaknya informasi bisa berakibat fatal pada program dan proyek kehutanan. Contoh perangkat lunak yang banyak dipakai adalah ARC/INFO, ArcView, IDRISI, ER Mapper, GRASS, MapInfo.
Beberapa cara memasukkan data ke dalam SIG adalah melalui keyboard, digitizer, scanner, sistem penginderaan jauh, survei lapangan, GPS. Sumber daya manusia sebagai komponen SIG bukan hanya meliputi staf teknikal, yaitu yang bertugas dalam hal pemasukan data maupun pemrosesan dan
Ada pun elemen fungsional SIG meliputi pengambilan data, pemrosesan awal, pengelolaan data, manipulasi dan analisa data, dan pembuatan output akhir. Penggunaan SIG untuk kehutanan tropis di negara berkembang belum lama dimulai, dan cukup bervariasi antar negara, yaitu dalam hal tujuan, aplikasi, skala operasional, kesinambungan, dan pembiayaan. Proses dimulainya penggunaan SIG di negara berkembang pada umumnya adalah dari proyek percontohan, dan bukan sistem yang berjalan secara operasional. Oleh karena itu SIG sebagian besar dikembangkan tanpa sebuah obyektif jangka panjang untuk mengintegrasikannya dengan SIG atau basisdata lain.
SIG sebagian besar bukan dimaksudkan untuk digunakan oleh banyak orang dan biasanya dirancang untuk keperluan khusus. Selain itu SIG lebih banyak dikembangkan pada level regional daripada level nasional dan urban. Dataset kebanyakan terdiri dari data biofisik, sedangkan data sosial-ekonomi jarang tercakup. Karena pendanaan dari pengembangan SIG kebanyakan dari bantuan internasional, proyek SIG cenderung dikelola oleh ahli yang biasanya masa kerjanya pendek, dan bukan oleh staf lokal.
Memperbaiki kekurangan dalam penggunaan dan pengelolaan informasi seharusnya merupakan prioritas utama pada negara berkembang. Kapasitas untuk mengumpulkan dan memproses data yang relevan seharusnya terus dikembangkan. Karena kebanyakan data yang relevan untuk pengelolaan hutan merujuk kepada penyebaran spasial, SIG merupakan alat yang sangat membantu.


 
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manfaat SIG Dalam Bidang Kehutanan adalah sebagai berikut :
          Inventarisasi sumber daya hutan, yaitu informasi yang meliputi luas, jenis, perkembangan, pemanfaatan, dan kerusakan hutan.
            Pemanenan hasil hutan, Dalam pemanenan hasil hutan di suatu kawasan areal hutan, sebelumnya para pekerja harus membuat jalan sarad. Jalan Sarad merupakan jaringan jalan yang dibuat untuk pengambilan kayu pada kawasan hutan produksi. Manfaat kegiatan pemanenan menggunakan SIG terhadap proses pemanenan adalah gambaran bagaimana pemanenan tersebut dijalankan dan juga merupakan petunjuk bagaimana kualitas pekerjaan pemanenan pada akhirnya. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.
            Penggunaan lahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut. Integrasi teknologi penginderaan jauh dam SIG merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah. Contohnya penggunaan lahan untuk usaha kehutanan, budidaya hutan dan batas antara hutan dan pemukiman masyarakat.
2. Manfaat SIG Pada Hutan Hujun Tropis
Perencanaan dan pengelolaan sumber daya hutan yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Untuk itu, diperlukan informasi yang memadai yang bisa dipakai oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG), Penginderaan Jauh (PJ) dan Global Positioning System (GPS) merupakan tiga teknologi spasial yang sangat berguna. Sebagian besar aplikasi SIG untuk kehutanan belum mencakup hutan tropis, meskipun dalam sepuluh tahun ini aplikasi SIG untuk hutan tropis sudah mulai berkembang. Hutan tropis merupakan ekosistem dan juga sumber daya alam yang penting, baik secara lokal maupun global. Informasi bisa dilihat sebagai input dasar dari perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi. Tidak adanya dan tidak layaknya informasi bisa berakibat fatal pada program dan proyek kehutanan
            Memperbaiki kekurangan dalam penggunaan dan pengelolaan informasi seharusnya merupakan prioritas utama pada negara berkembang. Kapasitas untuk mengumpulkan dan memproses data yang relevan seharusnya terus dikembangkan. Karena kebanyakan data yang relevan untuk pengelolaan hutan merujuk kepada penyebaran spasial, SIG merupakan alat yang sangat membantu.



DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2012. Subsistem SIG. http://imamwardany.com/sistem-informasi-geografis/  Diakses pada tanggal 14 mei 2012.
Amrullha, 2010. SIG untuk kehutanan tropis. http://www.cifor.cgiar.org/publications/pdf_files/Books/SIGeografis/SIG-part-1.pdf Diakses pada tanggal 14 mei 2012.
Eddy Prahasta (2001), Sistem Informasi Geografis, Informatika, Bandung.
Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung.
Puntodewo, Atie, Dkk.2003. Sitem Informasi Geografi Untuk Pengelolaan SDA. Center for International Forestry Research


LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DAN PEMETAAN WILAYAH



LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH DAN PEMETAAN WILAYAH



Oleh:
AKSAN ARDIYANSAH
M1A1 13 005



 


UNIT LABORATORIUM KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiat Allah SWT atas berkat  Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan  laporan ini dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa dalam  penulisan laporan ini, tidak akan sempurna tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah Asisten pembimbing, dan teman-teman yang penulis hormati.
Dengan segala kerendahan hati dan senantiasa mengharapkan ridho-Nya, karena kepada-Nya jugalah tempat kembali segala sesuatu, penulis terbuka bagi saran dan kritik yang konstruktif demi kebaikan ke arah yang baik.
Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita khususnya teman-teman Mahasiswa  Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan tercinta. Amin.

Kendari,        Desember  2013


Penulis


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Aksan Ardiyansah biasa dipanggil Aksan, mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas  Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Universitas Halu Oleo, Kendari. Lahir di Lambuya Tanggal  20 Juni 1995,  Anak dari pasangan  Boimin dan Nurnaningsi, anak kedua dari tiga bersaudara, lulusan dari Sekolah Dasar unaasi pada tahun 2007, Kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Lambuya pada tahun 2007, lulus SMPN 1 Lambuya pada Tahun 2010, dan Lulus SMAN 1 Lambuya pada Tahun 2013. Setelah lulus penulis melanjutkan sekolah keperguruan tinggi di universitas halu oleo melalui jalur SNMPTN dan diterima di fakultas kehutanan


DAFTAR TABEL
No.                                                      Teks                                            Halaman
1.      Tabel I. Kompas (Poligon Luar).......................................................        6
2.      Tabel II. Kompas (Poligon Dalam) .................................................        7
3.      Tabel III. GPS (Global Positioning System)....................................        8




I.     PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
Prinsip dasar pemetaan merupakan pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi dari suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua sudut dan jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah diketahui koordinatnya. Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengambil titik koordinat, salah satunya dengan menggunakan kompas.
Kompas adalah alat navigasi yang banyak digunakan untuk menentukan arah berupa semua panah, arah menunjukan magnetis yang bebas menyelaraskan arahnya dengan medan magnet bumi yang ada secara jelas. Selain itu, kompas memberikan gambaran arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi, arah mata angin yang ditunjukan dengan arah  utara, selatan, timur, maupun barat.
Berdasarkan penjelasan diatas,  praktikum ini sangat penting untuk di laksanakan agar lebih memudahkan dalam mengetahui, cara pengambilan data, dan pengelolaan data dalam pemetaan dengan menggunakan kompas dan GPS.
1.2  Tujuan dan Manfaat Praktikum
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara-cara pengukuran menggunakan kompas dan GPS dalam pembuatan polygon dan mengetahui luas wilayah kampus lama  yang di lakukan pengukuran.
Adapun kegunaan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah dapat mengetahui cara-cara pengukuran  menggunakan kompas  dan GPS dalam pembuatan polygon dan dapat mengetahui luas wilayah kampus lama yang dilakukan pengukuran.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Definisi Kompas
           Kompas adalah alat penunjuk arah yang bekerja berdasarkan gaya medan magnet. Pada kompas selalu terdapat sebuah magnet sebagai komponen utamanya. Magnet tersebut biasanya berbentuk sebuah jarum penunjuk. Saat magnet penunjuk tersebut berada dalam keadaan bebas, maka akan mengarah ke utara-selatan magnet bumi. Inilah yang dijadikan dasar dalam pembuatan kompas dan alat navigasi berbasis medan magnet yang lain (Bisosial, 2012).
          Kompas bidik adalah kompas yang berfungsi untuk mengetahui besar sudut suatu objek medan terhadap arah utara magnetis bumi secara akurat. Kompas bidik dilengkapi dengan jarum pisir yang berfungsi sebagai titik bidik sejajar terhadap objek di lapangan. Lensa bidik pada kompas ini juga memungkinkan kita dapat langsung membaca hasil bidikan (Jahja, 2011)
          Kompas adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum dan lingkaran berskala. Salah satu ujung jarumnya dibuat dari besi berani atau magnet yang ditengahnya terpasang pada suatu sumbu, sehinngga dalam keadaan mendatar jarum magnit dapat bergerak bebas ke arah horizontal atau mendatar menuju arah utara atau selatan. Kompas yang lebih baik dilengkapi dengan nivo, cairan untuk menstabilkan gerakan jarum dan alat pembidik atau visir (Pratomo, 2004).
2.2  Definisi Gps
         GPS adalah sistem navigasi yang menggunakan satelit yang didesain agar dapat menyediakan posisi secara instan, kecepatan dan informasi waktu di hampir semua tempat di muka bumi, setiap saat dan dalam kondisi cuaca apapun (Pratomo, 2004)
         Gps Adalah bagian dari sistem radio navigasi berbasis satelit yang secara terus-menerus mentransmisikan informasi dalam bentuk kode, sehingga memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan lokasi / posisi, ketinggian, kecepatan dan waktu dengan mengukur jarak kita dengan satelit (Hemon,dkk,2007).
        Global positioning system merupakan metode penentuan posisi ekstra-teristris yang menggunakan satelit GPS sebagai target pengukuran. Metode ini dinamakan penentuan posisi secara global karena koordinat yang dihasilkan bersifat geosentrik, artinya pusat massa bumi dianggap sebagai pusat sistem koordinat sehingga sistem koordinat ini berlaku untuk seluruh dunia. Sebagai bidang referensi (bidang datum) koordinat digunakan elipsoid World Geodetic System 1984 (Abidin, 2007).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1  Tempat  Dan Waktu
Praktikum ini di laksanakan di Sekitar Wilayah Kampus Lama, Universitas Halu oleo Kendari,  pada hari Senin tanggal 9 April 2015, pukul 15.30 WITA sampai selesai.

3.2  Bahan dan Alat
         Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu tally sheet, kertas millimeter blok 1m x 1m dan wilayah kampus lama.
         Alat yang di gunakan pada praktikum ini yaitu kompas, meteran rol, GPS, piloks, dan alat tulis menulis.
3.3  Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
A.    Pengukuran menggunakan Kompas
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan pengukuran dilapangan menggunakan kompas
3. Mencatat data hasil pengukuran kompas pada tally sheet
4. Mengolah hasil data yang di diperoleh di lapangan
5. Menggambar data yang telah diolah pada kertas millimeter blok 1m x 1m
6. Membuat laporan.

B.     Pegukuran menggunakan GPS
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan pengukuran dilapangan menggunakan GPS
3. Mencatat data hasil pengukuran GPS pada tally sheet
4. Mengolah hasil data yang di diperoleh di lapangan
5. Menggambar data yang telah diolah pada kertas milimeter blok 1m x1m
6. Membuat laporan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil pengamatan
     Hasil praktikum ini dapat disajikan pada tabel I, II dan III.
Tabel I. Data pengamatan polygon luar menggunakan kompas
No
Patok
Azhimut Depan
Azhimut Belakang
Jarak Dilapangan
Jarak Dipeta
1
P1
280
100
50
3,5
2
P2
180
0
50
3,5
3
P3
187
7
50
3,5
4
P4
190
10
50
3,5
5
P5
190
10
50
3,5
6
P6
190
10
50
3,5
7
P7
190
10
5
0,3
8
P8
240
60
14
1
9
P9
285
105
46
3,2
10
P10
205
25
50
3,5
11
P11
205
25
50
3,5
12
P12
205
25
17
1,2
13
P13
110
290
50
3,5
14
P14
18
198
36
2,5
15
P15
121
301
43
3
16
P16
31
211
50
3,5
17
P17
29
209
36
2,5
18
P18
107
287
50
3,5
19
P19
7
187
14
1
20
P20
95
275
50
3,5
21
P21
94
274
16
1,1
22
P22
22
202
12
0,8
23
P23
360
180
50
3,5
24
P24
360
180
50
3,5
25
P25
360
180
50
3,5
26
P26
360
180
45
3,2
27
P27
360
180
50
3,5
28
P28
282
102
50
3,5
29
P29
330
150
50
3,5

Tabel II. Data pengamatan polygon dalam menggunakan kompas
No
Patok
Azhimut Depan
Azhimut Belakang
Jarak Dipeta
Skala
1
A1
90
270
3,5
1 : 1400
2
A2
90
270
3,5
1 : 1400
3
A3
95
275
2
1 : 1400
4
B1
186
6
3,5
1 : 1400
5
B2
185
5
3,5
1 : 1400
6
B3
185
5
1,8
1 : 1400
7
B4
280
100
1
1 : 1400
8
B5
6
186
0,5
1 : 1400
9
B6
270
90
3,5
1 : 1400
10
B7
270
90
1,5
1 : 1400
11
C1
189
9
3,5
1 : 1400
12
C2
189
9
1,5
1 : 1400
13
D1
276
96
2,5
1 : 1400
14
D2
181
1
2,0
1 : 1400
15
E1
205
20
3,5
1 : 1400
16
E2
205
22
2,5
1 : 1400
Tabel III. Data pengamatan kordinat menggunakan GPS
Patok
X
Y
Skala
P1
448133
3,2
9562005
-0,2
 1 : 1500
P2
448084
0,6
9562009
3,1
1 : 1500
P3
448074
0
9561962
3,3
1 : 1500
P4
448074
0,6
9561912
2,6
1 : 1500
P5
448065
0,5
9561872
4,3
1 : 1500
P6
448057
0,7
9561807
2,9
1 : 1500
P7
448046
0
9561763
3,2
1 : 1500
P8
448040
1,2
9561715
3
1 : 1500
P9
448022
1
9561669
3,1
1 : 1500
P10
448006
-2,6
9561622
1,4
1 : 1500
P11
448045
-2
9561601
-5,2
1 : 1500
P12
448075
-3,2
9561680
0,5
1 : 1500
P13
448124
-0,6
9561672
-3,4
1 : 1500
P14
448134
-4,4
9561723
0,4
1 : 1500
P15
448201
0,4
9561717
-6,3
1 : 1500
P16
448194
-1
9561812
-7,1
1 : 1500
P17
448210
-0,2
9561919
-4,2
1 : 1500
P18
448213
3,2
9561982
-0,7
1 : 1500
P19
448165
2,2
9561993
-0,8
1 : 1500
P20
448131

9562006

1 : 1500

4.2  Analisis data
1.      Kompas
·         Skala = 
         
                       
·         Jarak peta
                                          
                                              = 0,03
·         Luas  =  Luas kotak  x  Jumlah kotak keseluruhan
          = 0,5 mm x 924
          = 462 m3
2.   GPS
·         Skala =                             =               
                                                            
                                                                                   
                                                                              


·         Jarak peta
JP  x 
                                    
                                      =  3,3
                         JP  y     = 
                                  
                                    =  3,3

4.3  Pembahasan
 Pemetaan adalah salah satu kegiatan yang banyak dilakukan dalam pembuatan peta, dengan melakukan metode survey atau pengambilan data dilapangan. Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam pengambilan data, biasanya dalam pembuatan peta menggunakan titik-titik koordinat pada jarak tertentu, dan akhirnya nanti akan menggabungkan semua titik-titik tersebut akan diproyeksikan ke bidang datar dalam hal ini tulisan diatas kertas milimeter blog. Beberapa cara yang biasa digunakan seperti pengukuran menggunakan kompas, GPS, whaterpast, dan theodolit, yang ke semuanya tergantung dari kita, mencari data seperti apa. Ada juga cara yang lebih modern dari itu yakni menggunakan pengindraan jarak jauh, dengan kata lain kita tidak perlu turun ke lapangan tetapi cukup menggunakan satelit yang kemudian akan mengirim data dengan memotret lokasi yang kita akan petakan dari atas bumi.
             Kompas berasal dari bahasa latin yaitu cumpassus yang berarti jangka. Kompas merupakan alat penentu arah mata angin. Kompas terdiri atas magnet jarum, yang dapat berputar bebas. Kutub-kutub magnet ini selalu menunjukan arah utara, selatan walaupun tidak tepat benar karena adanya sudut deklinasi. Kompas Bidik Adalah kompas yang digunakan dengan cara membidik titik tertentu yang ada di lapangan (medan) dan disesuaikan kedudukannya dengan keadaan pada peta, tetapi dalam pembacaannya di peta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris.
            Bagian bagian kompas terdiri dari
1.      Dial : Permukaan diaman tertera angka/huruf seperti jam
2.   Visir : Pembidik Sasaran
3.      Kaca Pembesar : Untuk melihat sasaran dan angka pada Dial
4.      Jarum Penunjuk : Menunjukkan lokasi magnet bumi
5.      Garis sasaran bidik : Menunjukkan angka dial
6.      Tutup Dial : Dengan 2 garis bersudut 45dan dapat diputar-putar
7.      Tempat jari : Untuk menyangkutkan ibu jari tangan sewaktu melakukan pembidikan
            Global positioning system (GPS)  merupakan metode penentuan posisi ekstra-teristris yang menggunakan satelit GPS sebagai target pengukuran. Metode ini dinamakan penentuan posisi secara global karena koordinat yang dihasilkan bersifat geosentrik, artinya pusat massa bumi dianggap sebagai pusat sistem koordinat sehingga sistem koordinat ini berlaku untuk seluruh dunia. Sebagai bidang referensi (bidang datum) koordinat digunakan elipsoid World Geodetic System 1984
           Pengamatan yang dilaksanakan dengan alat kompas datanya kurang akurat hal ini disebabkan oleh, orang yang melakukan pengukuran tidak tetap atau berganti-ganti orang, selain itu tingkat ketenangan pengukur dibutuhkan agar dalam pengkuran menggunakan kompas tidak goyang dan data yang dihasilkan baik, dan posisi pengkuran dalam menentukan azimuth juga penting diperhatikan, apabila posisinya tidak datar akan mempengaruhi data yang diamati, serta yang paling penting juga yakni kompas yang digunakan berfungsi dengan baik. Pemaparan diatas merupakan beberapa faktor yang menentukan atau mempengaruhi hasil data yang diambil dilapangan

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
   Kompas bidik adalah kompas yang berfungsi untuk membidik atau menembak sudut pada alam atau bentangan alam sebnearnya, yang kemudian sudut tersebut dapat di proyeksikan pada peta. Sedangkan GPS atau Global Positioning System adalah alat yang digunakan untuk mengetahui posisi seseorang pada satu saat. Yang ditransmisikan GPS bukan informasi posisi kita tetapi posisi satelit dan jarak penerima GPS kita dari satelit. Informasi ini diolah alat penerima GPS kita dan hasilnya ditampilkan kepada kita. GPS memiliki banyak fungsi yang bermanfaat bagi kehidupan kita, seperti melihat lokasi di mana kita berada, menunjukkan arah untuk ke lokasi yang ingin kita tuju, sebagai kompas, menunjukkan peta lokasi suatu tempat berupa gambar jalan dan sungai.
5.2 Saran
            Saran yang dapat diajukan dalam praktikum ini adalah sebaiknya alat yang digunakan disediakan lebih banyak agar setiap mahasiswa dapat menggunakannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, F.F., Muchlas., dan Sutikno, T. 2008. Kampus digital dengan output suara berbasis mikrokultur. CEERS. Yogyakarta.
Abidin, Z.A. 2007. Penentuan Posisi Dengan GPS Dan Aplikasinya. Pranya Paramita. Jakarta
Firdaus, O.M. 1978. Analisis implementasi global positioning system (GPS) pada muda transportasi. Universitas Widyatama. Bandung.
Sungkowo, T.R. 2004. Penggunaan kompas magnet. Direktorat pendidikan menengah dan kejuruan SMKN 1 Mundu. Cirebon
Zulkarnain, 2015. Pengenalan global positioning system (GPS). Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Haluoleo. Kendari.
_________, 2015. Tanda titik alat ukur. Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Haluoleo. Kendari.

Kategori

Kategori